• Kirim Naskah
Wilwatekta.id
No Result
View All Result
  • Esai
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Pesan
  • Liputan
  • Fiksi
  • Pilihan Redaksi
  • Pitutur Kamituwo
  • Esai
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Pesan
  • Liputan
  • Fiksi
  • Pilihan Redaksi
  • Pitutur Kamituwo
No Result
View All Result
Wilwatekta.id - edukasi tanpa tendensi
No Result
View All Result
Home Esai

Wiji Thukul dan Sebuah Improvisasi Puisi “Sungguh Enak Jadi Mahasiswa Pasca Reformasi”

Tirto Aji by Tirto Aji
27/08/2021
in Esai
0

WILWATEKTA.ID – “Selamat ulang tahun Wiji Thukul. Andai kamu tidak diculik dan dihilangkan, tepat 26 Agustus ini usiamu genap 58 tahun.”

Tepat hari ini, Kamis, 26 Agustus 2021, 58 tahun lalu sosok penyair cum aktivis Wiji Thukul lahir di Kampung Sorogenen, Solo. Meski tidak jelas dimana rimbamu berada, namun puisi-puisi perlawananmu akan terus bergema dan berlipat ganda. Memburu siapa saja yang merasa.

Saya termasuk orang yang sangat bergairah saat membaca puisi Wiji Thukul. Namun, apakah gairah yang serupa juga dirasakan oleh para penyair dan aktivis saat ini. Entahlah!

Wiji Thukul adalah simbol perlawanan melalui kata-kata pada zamannya. Puisi-pusinya sangat keras menghantam hati penguasa yang dzalim. Lantang dan tidak pernah takut dibendung penguasa.

Sebagai pribadi yang sangat mengagumi Wiji Thukul, saya meyakini setiap puisinya adalah letupan-letupan perlawanan yang murni dalam jalur perjuangan. Tidak seperti kebanyakan aktivis era kiwari, yang hanya lantang di depan dengan dalil membela kebenaran, tetapi takut lapar dan diam-diam begitu menjengkelkan saat sudah mendapatkan cuan.

Melihat para aktivis yang demikian, ingin rasanya berdiri gagah di depan kampus mereka, lalu membacakan puisi Wiji Thukul yang berjudul “Sungguh Enak Hidup di Televisi” yang sudah saya improvisasi dengan keadaan saat ini.

Sungguh enak menjadi aktivis pasca reformasi

tak ada lagi bau keringat memperjuangan demokrasi

tak ada kecemasan

tak ada baku hantam dengan aparat saat demonstrasi di jalan

tak ada idealisme perjuangan

waktu dihabiskan,

hanya untuk senang-senang

Sungguh enak menjadi aktivis pasca reformasi

saat demo bisa sambil tertawa

ada banyak buku di perpustakaan tapi tidak pernah dibaca

pejabat-pejabat tersenyum saat melihat mahasiswa diam saja

buruh-buruh sudah tidak lagi percaya saat diajak demo bersama

pejabat-pejabat gaji cukup, buruh semakin merana

Sungguh enak menjadi aktivis pasca reformasi…

Namun di luar itu semua, saya masih yakin perjuangan kata-kata dari setiap pusi Wiji Thukul tidak akan pernah mati. Dia boleh dihilangkan dan dilenyapkan karena keberaniannya mengkritik penguasa. Namun, serupan puisinya yang berjudul “Peringatan”. Puisi itu akan terus menggema saat dibaca dengan suara yang lantang.

Suaraku tak bisa berhenti bergema.

Di semesta raya suaraku membara.

Walau kau terus saja coba membungkamnya.

Namun suaraku tak pernah bisa kau redam.

Karena kebenaran akan terus hidup.

Sekalipun kau lenyapkan kebenaran takkan mati.

Aku akan tetap ada dan berlipat ganda.

Siapkkan barisan dan siap untuk melawan.

Akan terus memburumu seperti kutukan.

Aku bukan artis pembuat berita.

Tapi, aku memang selalu kabar burut buat penguasa.

Puisiku bukan puisi.

Tapi kata-kata gelap yang berkeringat dan berdesakkan mencari jalan.

Ia tak mati-mati meski bola mataku diganti.

Ia tak mati-mati meski bercerai.

Dengan rumah dan ditusuk-tusuk sepi.

Ia tak mati-mati telah kubayar yang dia minta.

Umur, Tenaga, Luka.

Kata-kata itu selalu menagih.

Padaku ia berkata kau masih hidup.

Ya, aku masih hidup dan kata-kataku belum binasa.

Kebenaran takkan mati.

Pun sebagai pesan untuk mengingatkan penguasa. Puisi Wiji Thukul akan terus menggema sepanjang masa. Menjebol setiap dinding telinga penguasa yang anti kritik. Membuat resah dan gerah bagi penguasa yang tidak pernah merasa bersalah meski telah membuat rakyat susah. Kala sudah demikian, maka saatnya memberikan “Peringatan”.

Jika rakyat pergi

Ketika penguasa pidato

Kita harus hati-hati

Barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat bersembunyi

Dan berbisik-bisik

Ketika membicarakan masalahnya sendiri

Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat berani mengeluh

Itu artinya sudah gawat

Dan bila omongan penguasa

Tidak boleh dibantah

Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan

Dituduh subversif dan mengganggu keamanan

Maka hanya ada satu kata: lawan!

Wiji Thukul, 1986

Tags: AktivisImprovisasi PuisiMahasiswaWiji Thukul
SendShareTweet
Tirto Aji

Tirto Aji

Hobi debat saja!

Next Post
Penumpang angkutan umum

Sopir Angkot yang Menahan Susah Selama PPKM

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Foto Aditya Halindra Faridzky Bupati Terpilih Tuban

4 Hal yang Mungkin Hilang Setelah Mas Lindra Dilantik Jadi Bupati

20/04/2021
Membangun Infrastruktur di Wilayah Perbatasan Bojonegoro-Tuban itu Berat, Biar Bu Anna Saja

Membangun Infrastruktur di Wilayah Perbatasan Bojonegoro-Tuban itu Berat, Biar Bu Anna Saja

12/04/2021
Mas Bupati

Surat Terbuka untuk Pejabat Generasi Tua: 3 Tips Supaya Tidak Tratapan Dipimpin Mas Lindra

26/06/2021
Mas Lindra dan Pak Riyadi

3 Cara Sederhana Melihat Hubungan Mas Bupati dan Pak Wabup, yang Katanya Sudah Tidak Harmonis

23/06/2021
Sinta dan Hasratnya kepada Buku

Sinta dan Hasratnya kepada Buku

Wujudkan Tradisi Literasi, SMP Islam Sunan Bejagung Gandeng Gerakan Tuban Menulis

Wujudkan Tradisi Literasi, SMP Islam Sunan Bejagung Gandeng Gerakan Tuban Menulis

Gus Yaqut menyapa jemaat paska ibadah Natal terbatas di GPIB "Immanuel" / Gereja Blenduk Kota Semarang

Gus Yaqut: Saatnya Mengembalikan Agama Sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi

Masyarakat Menjadi Korban Penghisapan atas Keserakahan Penguasa

Masyarakat Menjadi Korban Penghisapan atas Keserakahan Penguasa

Wujudkan Tradisi Literasi, SMP Islam Sunan Bejagung Gandeng Gerakan Tuban Menulis

Wujudkan Tradisi Literasi, SMP Islam Sunan Bejagung Gandeng Gerakan Tuban Menulis

15/05/2022
SDM dan Kesempatan Kerja di Kabupaten Tuban

SDM dan Kesempatan Kerja di Kabupaten Tuban

28/04/2022
Telaah Penguatan Gerakan Organisasi PMII, Pasca Reformasi dan Era Digitalisasi

Telaah Penguatan Gerakan Organisasi PMII, Pasca Reformasi dan Era Digitalisasi

28/04/2022
Transformasi Gerakan Merawat Peradaban, PMII Di Era Post Truth Dan Digitalisasi

Transformasi Gerakan Merawat Peradaban, PMII Di Era Post Truth Dan Digitalisasi

18/04/2022



Edukasi Tanpa Tendensi
Media alternatif di kabupaten Tuban, platform digital anti mainstream membawa degup kebahagiaan secara konstruktif.

Info Kerjasama
redaksi@wilwatekta.id

Kategori

  • Budaya
  • Esai
  • Fiksi
  • Liputan
  • News
  • Peristiwa
  • Pesan
  • Pilihan Redaksi
  • Pitutur Kamituwo
  • Religi
  • Sejarah
  • Tokoh

Wilwatekta ID © 2021

  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontak
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Esai
  • Peristiwa
  • Liputan
  • Tokoh
  • Religi
  • Fiksi
  • Pilihan Redaksi
    • Pitutur Kamituwo

© 2021 Wilwatekta - Mengabarkan dengan bahagia Wilwatekta.

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.