Mengikuti pemilihan Duta Santri Nasional tidak pernah dibayangkan oleh Yayuk Siti Khotijah. Namun, tidak disangka pada malam Grand Final Anugerah Duta Santri Nasional 2021 yang berlangsung di Graha Saba Pramana Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Kamis (21/10) malam, nama Yayuk Siti Khotijah menggema dari panggung kehormatan. Dia terpilih sebagai Juara Umum Duta Santri Nasional 2021. Berikut wawancara tim Wilwatekta.id dengan santriwati Pondok Pesantren Modern 4 Bahasa Al Muhibbin Jatirogo.
Sebelumnya saya ucapkan selamat untuk Mbak Yayuk atas pretasinya terpilih sebagai Duta Santri Nasional. Kami—tim Wilwatekta turut bangga. Apalagi, Mbak Yayuk juga penulis di Wilwatekta.id. Ini sungguh prestasi yang membanggakan sekaligus sebagai kado istimewa untuk Kabupaten Tuban di momen Hari Santri Nasional…
Terima kasih.
Bagaimana perasaan Mbak Yayuk saat diumumkan menjadi Juara Umum Duta Santri Nasional 2021?
Pastinya bahagia dan merasa speechless. Hingga pada akhirnya hanya bisa menangis terus karena rasanya masih tidak percaya.
Bisa diceritakan bagaimana awalnya ikut ajang Duta Santri Nasional ini?
Sebenarnya saya mengikuti Pemilihan Duta Santri Nasional ini juga adalah sebuah ketidaksengajaan. Hal ini bermula dari saya yang pada saat itu mengikuti sebuah webinar tentang “Kiat untuk Mendapatkan Beasiswa S2 di Luar Negeri”. Nah, pada waktu itu ternyata si pemateri, beliau adalah mantan Finalis Duta Santri Nasional tahun 2016. Hingga kemudian di akhir session beliau memberikan challenge kepada seluruh peserta webinar tersebut untuk mendaftarkan diri ikut pemilihan Duta Santri.
Saya pun termasuk dari salah satu peserta yang iseng-iseng ikutan daftar. Kemudian beberapa hari setelah pendaftaran saya mendapatkan email yang isinya bertuliskan untuk melengkapi berkas-berkas, seperti KTP, CV, dan sertifikat-sertifikat kejuaraan, surat rekom dari pesantren/lembaga, foto diri, essai, dan vidio singkat tentang tujuan motivasi ikut Duta Santri.
Itupun awalnya saya ogah untuk mengumpulkan. Soalnya dalam benak saya itu riewuh banget, mana disuruh buat essai dan video segala. Tapi kemudian saya coba komunikasikan hal itu ke Bu Nyai saya. Saya matur kalau mau daftar event Duta Santri Nasional, kira-kira bagaimana tanggapan beliau. Dan, ternyata Bu Nyai mendukung dan ngasih semangat, beliau berkata: siapa tahu rejekinya saya di situ. Nah, pada akhirnya saya manut dan pada H-1 pendaftaran ditutup saya baru mengirimkan persyaratan berkas-berkas.
Sekitar selisih satu Minggu setelah pengumpulan berkas ditutup, pengumuman siapa yang lolos ke babak berikutnya pun akhirnya diumumkan. Dan, Alhamdulillah dari 1.379 peserta saya termasuk dalam 140 besar peserta yang lolos.
Nah, berawal dari sinilah saya mulai tenanan dan bersemangat untuk mengikuti tahap ini sampai akhir.
Banyak yang penasaran dengan ajang bergengsi ini. Bisa dijelaskan apa itu Duta Santri Nasional?
Duta Santri Nasional ini sebenarnya telah ada sejak 2016 silam dan terlaksana setiap 2 tahun sekali. Dicetuskan pertama oleh PW Fatayat NU DIY dengan tujuan untuk menemukan sosok santri yang patut untuk dijadikan role model.
Untuk bisa lolos hingga tahap grand final, apalagi sampai juara umum, tentu tidak mudah. Ada proses panjang yang harus dilalui. Apa saja proses yang harus dilalui?
Tahapan pertama pastinya adalah pendaftaran. Dan, bahkan berdasarkan informasi yang saya dapat dari tim panitia, jumlah para pendaftar pada mulanya hampir mencapai angka 3000-an peserta dari seluruh santri di Indonesia. Tapi, ternyata yang berhasil mengumpulkan berkas hanyalah 1379 peserta. Yang kemudian akan diseleksi oleh tim penilai.
Nah, dari 1379 peserta itu diambil 140 peserta untuk maju tahap wawancara. Dari 140 dipilah lagi jadi 70, yang kemudian masuk tahap pitching projects. Dari 70 disortir lagi jadi 28 peserta yang kemudian masuk tahapan karantina dan semifinal. Dari 28 peserta tadi lalu diambil lagi 14 peserta yang lanjut pada babak final.
Apa yang harus dikuasai peserta untuk mengikuti ajang Duta Santri Nasional ini?
Pemahaman agama, meliputi Al-Qur’an, fikih, tauhid, ke-aswajaan, kitab kuning, kemudian wawasan tentang kewarganegaraan. Juga skill dalam public speaking, dan lain sebagainya.
Melihat peserta yang begitu banyak, kapan tidak salah mencapai 1.379 peserta. Ini sungguh jumlah peserta yang sangat banyak. Bagaimana tingkat persaingan di antar peserta?
Jika ditanya bagaimana persaingannya, maka saya tidak bisa mengatakan bahwa ini adalah sebuah persaingan. Sebab, pada kenyataannya di sini kita–para finalis, sama sekali tidak merasakan adanya suasana kompetisi. Yang kita rasakan bahkan adalah rasa saling kekeluargaan dan saling support satu sama lain.
Gemblengan seperti apa yang diberikan para mentor selama mengikuti ajang ini?
Dalam hal ini saya berterimakasih banyak kepada tim panitia karena telah mendidik kita untuk bersikap disiplin. Baik disiplin waktu maupun disiplin sikap. Selama masa karantina kita juga dibekali dengan beberapa materi tentang keaswajaan, kewarganegaraan, public speaking, dan lain-lain dari para pemateri yang telah ahli di bidang tersebut.
Selain dituntut cerdas dan menguasai banyak bidang ilmu pengetahuan. Tuntutan lain seperti apa selama mengikuti ajang ini? Misal, apakah harus tampil cantik, berbusana anggun, make up tebal, dan tuntutan tampil cantik lainnya?
Saya rasa tidak ada tuntutan lain selain dituntut untuk cerdas dan berakhlak yang baik. Adapun untuk tampilan fisik yang penting mampu menempatkan posisi diri agar enak dipandang saja. Hehehe.
Dari sekian tantangan selama mengikuti ajang ini. Tantangan apa yang menurut Mbak Yayuk paling berat?
Jika ditanya bagaimana tantangannya, saya rasa sebagian besar dari kita pasti sudah bisa menebak. Karena event ini bertaraf nasional, maka tantangan dan seleksinya pun begitu ketat.
Tantangan duta santri ini juga menjadi semakin berat karena para finalis duta santri merupakan orang-orang yang hebat, cerdas, dan mahir, serta memiliki kelebihan di bidang masing-masing. Bahkan, saya pun sempat merasa insecure sebab merasa tidak mempunyai kemampuan apa-apa yang patut untuk dibanggakan.
Disaat menghadapi tantangan yang cukup berat. Siapa orang yang selalu bisa membuat Mbak Yayuk bangkit dan selalau semangat?
Tentunya orang tua, guru, dan sahabat saya.
Dari sekian banyak peserta, Mbak Yayuk termasuk satu-satunya peserta yang menguasai banyak bahasa. Berapa? Empat bahasa ya? Apa saja ya?
Alhamdulillah, 4 bahasanya itu adalah bahasa Inggris, Arab, China, dan Jepang.
Sejak kapan Mbak Yayuk belajar hingga menguasai empat bahasa itu? Dan belajar dimana?
Mulai belajar bahasa sejak di pondok pesantren. Tepatnya di Pondok Pesantren Modern 4 Bahasa Al Muhibbin Jatirogo Tuban sejak jadi santri baru, dulu (kelas 7 SMP).
Bagi tips dong Mbak, bagaimana supaya bisa menguasai banyak bahasa?
Saya rasa untuk bisa menguasai bahasa tidak cukup dengan hanya belajar materi dan teorinya saja. Yang terpenting bahkan adalah practice atau mempraktekkannya dengan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu yang tidak kalah penting adalah menemukan partner dalam berbicara bahasa asing.
Mbak Yayuk sekarang masih kuliah? Kuliah di mana?
Saya kuliah di IAI Al Hikmah Tuban. Dan, Alhamdulillah baru lulus dan wisuda pada tanggal 10 Oktober 2021 kemarin.
Wah… selamat atas Wisudanya Mbak Yayuk. Apa nih aktivitasnya sekarang?
Untuk aktivitas atau kesibukan saat ini adalah sebagai guru atau tenaga pengajar di Pondok Pesantren Al Muhibbin dan MA Plus Al Muhibbin Jatirogo Tuban. Selain itu, juga aktif sebagai dewan pengurus di PPM Al Muhibbin.
Dari gaya Mbak Yayuk menjawab pertanyaan dewan juri, tampak jelas sekali Mbak Yayuk menguasai banyak bidang ilmu pengetahuan. Bagaimana Mbak Yayuk menekuni dunia pendidikan? Apakah rajin belajar, menjadi kutu buku, diskusi, atau punya cara sendiri?
Iya, saya memang suka baca buku. Namun demikian, akan lebih mantab lagi jika ilmu yang kita dapatkan dari buku tadi kita diskusikan bersama dengan teman-teman kita.
Siapa figur yang menjadi panutan Mbak Yayuk dan apa alasannya?
Figur panutan yang pertama pastilah ibu. Sebab, beliau adalah sosok wanita pertama yang mendidik dan membentuk karakter saya dari kecil. Setelah itu ada juga Bu Nyai saya, yang begitu saya kagumi keilmuan dan kegigihannya dalam belajar dan berdakwah.Tentu, di balik anak yang sukses ada orang tua yang hebat.
Bagaimana orang tua mendidik Mbak Yayuk dan anggota keluarga yang lain?
Pola didik orang tua, terutama bapak, kepada anak-anak, beliau saya rasa cukup keras dan tegas. Dalam artian kalau iya iya kalau tidak tidak. Kita para anaknya dididik untuk mampu memutuskan sikap dan keputusan kita masing-masing secara mandiri. Dan, tugas orang tua hanya mendukung saja, kalaupun terlihat jika keputusan yang kita ambil dirasa kurang tepat, maka baru orang tua ikut turun tangan.
Sekarang Mbak Yayuk sudah terpilih menjadi Duta Santri Nasional 2021. Sebagai Duta Santri, apa tugas Mbak Yayuk selanjutnya?
Tugas selanjutnya sebagai duta santri adalah melanjutkan dan merealisasikan program-program atau inovasi-inovasi yang telah dibentuk dan disepakati bersama oleh segenap keluarga besar duta santri nasional untuk diwujudkan demi kemaslahatan umat.
Ini pertanyaan terakhir, apa nih cita-cita Mbak Yayuk?
Cita-cita saya adalah ingin menjadi seorang rektor dan bisa membangun sebuah lembaga pendidikan. Pandungane geh. Hehehe.
Always… Amin…