• Kirim Naskah
Wilwatekta.id
No Result
View All Result
  • Esai
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Pesan
  • Liputan
  • Fiksi
  • Pilihan Redaksi
  • Pitutur Kamituwo
  • Esai
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Pesan
  • Liputan
  • Fiksi
  • Pilihan Redaksi
  • Pitutur Kamituwo
No Result
View All Result
Wilwatekta.id - edukasi tanpa tendensi
No Result
View All Result
Home Fiksi

Terasa Kuat Diingatan

Tirto Aji by Tirto Aji
18/06/2022
in Fiksi, Tokoh
0

WILWATEKTA.ID – Sore itu suasana agak terasa panas. Meski matahari sudah condong ke barat, tapi teriknya masih terasa menyengat. Jika tidak ada angin yang berhembus, mungkin semakin panas daerah yang padat pabrik itu. Hampir dipastikan, kulit para penggarap lahan akan semakin legam, terkena panas, tertempel serpihan debu dan asap pabrik. Belum lagi musim kemarau, daerah industri semakin panas.

Di salah satu pematang sawah dekat dengan Galian C, ada beberapa remaja laki-laki yang sedang memancing. Mereka duduk santai, walaupun hanya mancing di bekas lahan tambang. Sesekali mereka memandangi hasil tangkapan yang diperoleh. Melirik kekanan-kekiri, apakah suatu saat masih bisa digunakan untuk mancing. Karena kabar yang beredar, embung tersebut akan digunakan untuk program pemberdayaan Ring 1 perusahaan.

“Mungkin kamu bisa tidur nyeyak, Ca. Meskipun masyarakat di dekat industri itu sedang terancam, antara hidup dan mati,” ucap bocah gendut yang doyan tidur itu. “Apakah suatu saat kamu bisa merubahnya?” seloroh Parman.

Panca langsung menoleh ke wajah temannya itu. Lalu dengan suara berat ia menjawab, “Suatu saat kalau aku sudah besar ingin jadi Bupati. Biar bisa merubah keadaan masyarakat, Man,” jawab Panca.

“Beneran, Ca? Memang kamu pengen seperti bapakmu?” bocah gendut itu masih bertanya.

Panca hanya tersenyum. Ia tak segera menjawab pertanyaan temannya itu, tapi malah fokus memandang Joran pancingnya. Saat ada ikan yang tersangkut pada pancing, Panca. Ia tertawa senang kegirangan. Hal itu membuat temannya ikut senang.

“Kamu beruntung, Ca,” tanya Parman memastikan.

“Kok gak ada ikan yang nyangkut di pancingku ya,” keluh Parman dengan wajah memelas.

Panca hanya tersenyum dan meledek temannya itu, “Tinggal tidur aja, nanti juga nyantol sendiri. Hehe,” seloroh Panca sambil tertawa.

Mengetahui teman-temannya sedang menertawakan Parman. Panca pun langsung menghentikan tawanya. Sesekali ia menoleh ke arah teman-temannya. Tak lama kemudian, anak lelaki yang gagah dan ganteng diantara temanya itu berkata, “Aku bukan meledekmu, Man. Jujur saja, Man. Aku paling seneng kalau lihat kamu cemberut. Muka tembem kamu gemesi.”

Panca kembali melempar pandangannya ke tengah embung. Ia masih semangat dan fokus pada Jorannya.

“Jadi, kamu seneng kalau aku marah, Ca?” tanya Parman.

Panca yang semula fokus memancing, kemudian menoleh pada Parman. Menatap wajah temannya itu dengan senyum. “Nggak, Man. Aku hanya bercanda. Bagaimanapun juga, kamu adalah teman terbaik yang selalu bersamaku.”

“Tapi, tadi kamu bilang, kalau aku marah semakin lucu. Gini aja, aku maafin kamu. Tapi dengan satu syarat, ikan yang kamu dapat boleh aku makan semua,” jawab Parman sambil merayu.

Apa yang dikatakan oleh temannya itu membuat Panca tertawa. Jika pikiran temannya itu yang ada hanya makan dan makan. Setiap Parman marah, pasti minta sesuatu yang berbau makanan. Pokok bisa dipastikan.

“Ya, ini yang membuat kamu jadi pemalas, Man. Apa-apa kok makan, Panca kembali meledek. Setelah beberapa saat kemudian, Aku pengen, Man. Jika suatu saat aku jadi pemimpin. Kamu harus bisa dampingi aku kemana saja. Kalau kamu apa-apa makan, terus gimana?. Kalau kamu gak tahan lapar, aku jadi khawatir. Jangan-jangan kalau kamu jadi pemimpin suka korupsi, Panca meledek.”

Parman dan teman-temannya memandang Panca dengan lekat. Mereka tahu, kalau Panca memang cerdas sejak dalam kandungan. Mungkin karena trah Bupati. Selain itu, guru-gurunya juga mengakui itu. Bahwa Panca cerdas dalam berbagai mata pelajaran di sekolah, Matematika, Fisika, Bahas Inggris dan Bahasa Jawa. Di sisi lain, ia juga memiliki jiwa kepemimpinan. Dalam segala hal tidak mau mengalah, berani melakukan apapun jika kehendaknya tidak dituruti.

“Aku tahu, Man. Sutau saat mimpiku akan jadi kenyataan. Ibuku pernah bilang, jika aku besar, harus berani menjadi Bupati seperti Bapak,” tegas Panca.

Parman melepas senyum pada Panca. Sejurus kemudian ia menjawab, “Emangnya kamu mau menjadikan apa. Kamu tahu sendiri, Ca. Aku hanya anak buruh pabrik. Dimata orang banyak, aku bukan siapa-siapa. Sebagai anak buruh pabrik, bisa sekolah samapai kuliah itu sudah cukup,” terang Parman dengan nada lemas.

Panca hanya menganggukan kepala mendengar jawaban teman karibnya itu. “Jangan salah Man. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Aku pengen kamu nanti jadi wakilku,” Panca merayu dengan sabar.

“Bayangkan, Man. Kita jalan beriringan menjadi Bupati dan Wakil Bupati. Pasti pandangan orang lain terhadap kamu berbeda. Anak buruh pabrik jadi Wakil Bupati. Pasti keren, Man, tambah Panca.”

“Iya benar, jawab Parman, Jika aku jadi Waki Bupati, semua orang akan menghormati Ayah dan Ibuku. Mungkin ayah, juga tidak perlu setiap hari mendengar kebisingan mesin penggiling batu, dan Ibu tidak perlu ke pasar pagi-pagi menjual jagung goreng.”

Semua teman-teman mereka mendengarkan pembicaraan Panca dan Parman. Sebagai bocah yang baru duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, Panca dan Parman cukup jauh dalam urusan diskusi. Mereka berdua termasuk remaja yang cukup jauh dalam menatap masa depan.

Bersambung…

Tags: BupatiNegeri SakanagaraPanca
SendShareTweet
Tirto Aji

Tirto Aji

Hobi debat saja!

Next Post
Haul Ke-52, GTM Tuban: Napak Tilas Pemikiran Bung Karno

Haul Ke-52, GTM Tuban: Napak Tilas Pemikiran Bung Karno

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Foto Aditya Halindra Faridzky Bupati Terpilih Tuban

4 Hal yang Mungkin Hilang Setelah Mas Lindra Dilantik Jadi Bupati

20/04/2021
Membangun Infrastruktur di Wilayah Perbatasan Bojonegoro-Tuban itu Berat, Biar Bu Anna Saja

Membangun Infrastruktur di Wilayah Perbatasan Bojonegoro-Tuban itu Berat, Biar Bu Anna Saja

12/04/2021
Mas Lindra dan Pak Riyadi

Sambutan Wabup Riyadi: Gambaran Sebuah Friksi dengan Bupati, Benarkah Sudah Tidak Sejalan Lagi?

30/05/2022
Mas Bupati

Surat Terbuka untuk Pejabat Generasi Tua: 3 Tips Supaya Tidak Tratapan Dipimpin Mas Lindra

26/06/2021
Sinta dan Hasratnya kepada Buku

Sinta dan Hasratnya kepada Buku

Partisipasi, Mewujudkan Anggaran Tepat Sasaran Dana Desa Tahun 2021

Partisipasi, Mewujudkan Anggaran Tepat Sasaran Dana Desa Tahun 2021

Kritik Pembangunan Ala Netizen Terhadap Pemerintah

Kritik Pembangunan Ala Netizen Terhadap Pemerintah

Gus Yaqut menyapa jemaat paska ibadah Natal terbatas di GPIB "Immanuel" / Gereja Blenduk Kota Semarang

Gus Yaqut: Saatnya Mengembalikan Agama Sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi

Tilang ETLE yang Bikin Gak Bebas Kesana-Kemari

Tilang ETLE yang Bikin Gak Bebas Kesana-Kemari

29/06/2022
Berita Tahun 2020-2022 yang Trending, Bikin Masyarakat Agak Pusing

Berita Tahun 2020-2022 yang Trending, Bikin Masyarakat Agak Pusing

28/06/2022
Pangeran Tidur

Part [II]: Pangeran Tidur

26/06/2022
Tertawa Sedih

Tertawa Sedih

26/06/2022



Edukasi Tanpa Tendensi
Media alternatif di kabupaten Tuban, platform digital anti mainstream membawa degup kebahagiaan secara konstruktif.

Info Kerjasama
redaksi@wilwatekta.id

Kategori

  • Budaya
  • Esai
  • Fiksi
  • Liputan
  • News
  • Peristiwa
  • Pesan
  • Pilihan Redaksi
  • Pitutur Kamituwo
  • Religi
  • Sejarah
  • Tokoh

Wilwatekta ID © 2021

  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontak
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Esai
  • Peristiwa
  • Liputan
  • Tokoh
  • Religi
  • Fiksi
  • Pilihan Redaksi
    • Pitutur Kamituwo

© 2021 Wilwatekta - Mengabarkan dengan bahagia Wilwatekta.

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.