• Kirim Naskah
Wilwatekta.id
No Result
View All Result
  • Esai
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Pesan
  • Liputan
  • Fiksi
  • Pilihan Redaksi
  • Pitutur Kamituwo
  • Esai
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Pesan
  • Liputan
  • Fiksi
  • Pilihan Redaksi
  • Pitutur Kamituwo
No Result
View All Result
Wilwatekta.id - edukasi tanpa tendensi
No Result
View All Result
Home Budaya

Telaah Penguatan Gerakan Organisasi PMII, Pasca Reformasi dan Era Digitalisasi

Redaksi by Redaksi
28/04/2022
in Budaya, Esai, Pesan
0

WILWATEKTA.ID – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) mempunyai tekat kuat dalam membangun negara Indonesia. Namun pada era digitalisasi ini bukanlah hal yang mudah. Sehingga dalam hal ini kader PMII harus mampu menelaah perubahan yang semakin cepat. Karena jika tidak mampu bertransformasi di era digital, maka PMII akan tergilas oleh perubahan tersebut. Selain itu, para kader tidak bisa bertumpu pada wacana intelektual saja. Sehingga paling terpenting pada hari ini adalah bermedsos, berdiskusi, berdata dan aksi. Ini bagian dari laku intelektual yang harus dilakukan oleh para kader sekarang. Kader PMII harus sadar betul bahwa gerakan pasca reformasi dan digitalisasi sangat jauh berbeda. Jika era reformasi mahasiswa pergerakan melawan rezim tirani. Namun pada hari ini adalah melawan tradisi digitalisasi yang tidak terbendung dalam mempengaruhi tradisi masyarakat. Tradisi masyarakat yang tidak lagi bisa melihat esensi dan spekulasi.

Semua kader dan alumni PMII juga tahu betul. Bahwa laku intelektual adalah salah satu sarana untuk meningkatkan kepekaan dalam menelaah sebuah perubahan. Jika semua kader pergerakan tak lagi mementingkan intelektual yang matang di era digital. Maka yang terjadi hanya berafiliasi pada kepentingan politik sesaat. Selain itu, kader-kader PMII akan menjadi kader transaksional, bukan lagi kader yang mapan intelektual. Kondisi ini juga harus ditelaah secara tepat. Jangan sampai transaksional dianggap sebuah tradisi pergerakan era modern. Jika terjadi, matilah pergerakan.

Jika mahasiswa sudah tidak lagi mempunyai kemapanan intelektual. Artinya sudah tidak lagi mempunyai idealisme. Para kader PMII bisa kehilangan arah dan matinya misi kemanusiaan. Selain itu yang perlu dikhawatirkan, masyarakat tidak lagi simpati pada mahasiswa pergerakan. Karena tradisi yang dibangun sebagai organisasi pergerakan sudah tak lagi semurni dulu. Memang benar, perubahan harus tetap diikuti. Namun jangan sampai terseret arus perubahan yang tidak mendewasakan.

Kader PMII perlu merefleksikan kembali dalam memahami issue tentang peta sosial, politik, ekonomi dan budaya pada hari ini. Di momen Harlah Ke-62. Para kader PMII harus mampu bertransformasi dalam merawat peradaban. Peradaban yang hari ini tidak cukup dikontrol dengan kata. Namun harus dengan gerakan intelektual yang aktif dalam menggunakan medsos secara partisipatif. Gerakan ini diperlukan untuk mengontrol oknum-oknum di medsos yang selalu membuat wacana yang tidak benar. Kegaduhan selalu dimunculkan dalam hitungan detik. Hal itu bisa dilihat setiap ada kasus dan issue yang paling tranding. Bahkan yang paling mengerikan di dunia maya adalah momen pesta demokrasi. Orang bebas mencaci, membully dan menjelek-jelekan satu sama lain. Melihat kondisi ini, semua harus menjadi bagian kontrol.

Memahami kondisi era digitalisasi bukanlah hal yang mudah. Karena masyarakat hari ini mempunyai kecenderungan untuk melihat permukaan saja, bukan lagi memandang sebuah esensi dari apa yang ia lihat. Sekali lagi, hanya melihat gemerlapnya spekulasi. Inilah potret masyarakat hari ini yang kemudian disebut mental irasional. Nah, bagaimana PMII harus mempunyai citra baru dalam membangun kesadaran masyarakat yang memahami kondisi pada hari ini. Oleh sebab itu, pola kaderisasi PMII harus lebih transformatif dari terdahulunnya. Paradigma baru harus dibangun lebih kompleks. Karena hari ini negara Indonesia juga belum terlepas dari politik transaksional, jual beli jabatan dan polarisasi dari gerakan islam ekstrimis.

PMII harus merubah pola kaderisasi dari normatif ke transformatif. Artinya, pengkaderan harus mengubah perilaku dan pola pikir sektarianisme menuju pluralisme. Hal ini dilakukan untuk mengejawentahkan ajaran islam dalam kerangka Ahlussunah Wal-Jama’ah (Aswaja) sebagai Manhajul Al-Fikr Wal Harakah. Namun semua itu butuh review kembali dalam pola kaderisasi yang dibangun dalam setiap kepengurusan. Pola pendampingan kader harus lebih masif. Sehingga visi-misi PMII yang termaktub dalam Anggaran Dasar (AD PMII) BAB IV pasal 4 Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggunjawaban dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia dapat terwujud.

Selain itu, PMII sepatutnya mencari rumusan baru tentang bagaimana wawasan Islam keindonesiaan yang tetap memelihara khazanah dan budaya bangsa serta mencari paradigma yang lebih baik di era digital. Hal ini penting dilakukan karena tuntutan dan tantangan PMII kedepan lebih rumit. Dengan demikian kaderisasi PMII harus menguatkan bebarapa tradisi intelektual di era digital.

PMII Menguatkan Tradisi Literasi Digital

Dalam hal diskusi dan mengorganisir masa adalah keahlian kader PMII. Namun ada satu hal yang patut digaris bawahi sabagai alternatif untuk meningkatkan skill kader PMII. Kader PMII selalu tertinggal dalam urusan menulis di website atau blogspot (influencer). Satu angkatan belum tentu bisa menerjemahkan apa yang ada didalam otaknya. Sehingga yang terjadi hanya cerdas berdebat. Hal ini perlu perhatian secara khusus. Apalagi pola kaderisasi PB PMII pada hari ini berbasis karya. Jika kader tidak mampu menulis sejarah pergerakannya sendiri, secara otomatis akan hilang ditelan oleh perubahan.

Oleh sebab itu, para kader harus ada penguatan literasi digital. Dengan pola kaderisasi literasi digital transformatif. Harapannya kader PMII bisa memberikan sumbangsih pemikiran di dunia maya. Selain itu, dapat memberikan edukasi pada masyarakat yang gersang pengetahuan, kemudian dapat berubah menjadi kritis. Perlunya wacana kritis dibagun adalah untuk memberikan ruang partisipasi dalam membangun negara Indonesia yang lebih baik dan maju.

Tanpa adanya checks and balances dari masyarakat tidak akan mampu mewujudkan negara yang transparan, partisipatif dan akuntabel. Karena masyarakat adalah bagian terpenting sebagai kontrol kebijakan yang dihasilkan oleh pemerintah. Melihat kondisi sekarang. Kader PMII harus mampu membangun gerakan literasi digital yang kuat. Tujuan akhirnya adalah mewujudkan masyarakat yang cerdas dalam bermedsos.

Membangun Narasi Baik di Era Digital Antara Kader dan Alumni PMII

Selain memperkuat literasi digital. Kader PMII harus mampu membangun hubungan baik dengan alumni. Karena alumni memiliki pengalaman yang utuh dalam memahami perubahan. Tujuan dari pada komunikasi ini adalah untuk membangun jaringan dan tali persaudaraan satu almamater yang utuh. Jangan sampai kader dan alumni mempunyai hubungan yang kurang harmonis. Selain itu, alumni harus memberikan kontrol yang masif kepada proses kader. Sehingga ketika kader salah dalam melukan gerakan, alumni bisa memberikan warning.

Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan kader dalam memahami karakter perubahan di era digital. Karena alumni memiliki satu pengetahuan yang belum tentu dimiliki oleh kader sekarang. Kader harus sadar betul bahwa alumni adalah bagian terpenting yang harus dijaga. Pada konteks ini estafet perubahan agar selalu tersambung dengan baik.

Dengan pola yang baik akan mampu membangun narasi baik antara kader dan alumni. Karena alumni yang mempunyai posisi strategis pada hari ini juga sudah sangat banyak. Sehingga perannya harus mampu membawa perubahan yang lebih baik sebagai mantan pergerakan. Jagan sampai alumni alergi terhadap kritikan kader. Karena kritikan yang dilakukan oleh kader adalah bagian dari kontrol kebijakan pemerintah. Kader mempunyai ruang ekspresi dalam menyampaikan aspirasi. Selain bermedsos, diskusi, berdata dan aksi. Kader juga mempunyai amanah dalam mengawal kewarasan masyarakat di era digitalisasi.

Perubahan yang begitu cepat ini jangan sampai ada sekat antara kader dan alumni. Semua mempunyai peran masing-masing untuk menjaga eksistensinya. Sehingga pemahaman yang utuh dalam dunia pergerakan harus selalau ditransformasikan di era digital. Apalagi di era digitalisasi ini sangat menguras emosi dan otak. Dengan pemahaman yang kritis, tujuan untuk membangun peradaban masyarakat yang baik akan terwujud.

Tags: Era DigitalisasiPasca ReformasiPenguatan OrganisasiPMII
SendShareTweet
Redaksi

Redaksi

Next Post
SDM dan Kesempatan Kerja di Kabupaten Tuban

SDM dan Kesempatan Kerja di Kabupaten Tuban

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Foto Aditya Halindra Faridzky Bupati Terpilih Tuban

4 Hal yang Mungkin Hilang Setelah Mas Lindra Dilantik Jadi Bupati

20/04/2021
Membangun Infrastruktur di Wilayah Perbatasan Bojonegoro-Tuban itu Berat, Biar Bu Anna Saja

Membangun Infrastruktur di Wilayah Perbatasan Bojonegoro-Tuban itu Berat, Biar Bu Anna Saja

12/04/2021
Mas Bupati

Surat Terbuka untuk Pejabat Generasi Tua: 3 Tips Supaya Tidak Tratapan Dipimpin Mas Lindra

26/06/2021
Mas Lindra dan Pak Riyadi

3 Cara Sederhana Melihat Hubungan Mas Bupati dan Pak Wabup, yang Katanya Sudah Tidak Harmonis

23/06/2021
Sinta dan Hasratnya kepada Buku

Sinta dan Hasratnya kepada Buku

Wujudkan Tradisi Literasi, SMP Islam Sunan Bejagung Gandeng Gerakan Tuban Menulis

Wujudkan Tradisi Literasi, SMP Islam Sunan Bejagung Gandeng Gerakan Tuban Menulis

Gus Yaqut menyapa jemaat paska ibadah Natal terbatas di GPIB "Immanuel" / Gereja Blenduk Kota Semarang

Gus Yaqut: Saatnya Mengembalikan Agama Sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi

Masyarakat Menjadi Korban Penghisapan atas Keserakahan Penguasa

Masyarakat Menjadi Korban Penghisapan atas Keserakahan Penguasa

Wujudkan Tradisi Literasi, SMP Islam Sunan Bejagung Gandeng Gerakan Tuban Menulis

Wujudkan Tradisi Literasi, SMP Islam Sunan Bejagung Gandeng Gerakan Tuban Menulis

15/05/2022
SDM dan Kesempatan Kerja di Kabupaten Tuban

SDM dan Kesempatan Kerja di Kabupaten Tuban

28/04/2022
Telaah Penguatan Gerakan Organisasi PMII, Pasca Reformasi dan Era Digitalisasi

Telaah Penguatan Gerakan Organisasi PMII, Pasca Reformasi dan Era Digitalisasi

28/04/2022
Transformasi Gerakan Merawat Peradaban, PMII Di Era Post Truth Dan Digitalisasi

Transformasi Gerakan Merawat Peradaban, PMII Di Era Post Truth Dan Digitalisasi

18/04/2022



Edukasi Tanpa Tendensi
Media alternatif di kabupaten Tuban, platform digital anti mainstream membawa degup kebahagiaan secara konstruktif.

Info Kerjasama
redaksi@wilwatekta.id

Kategori

  • Budaya
  • Esai
  • Fiksi
  • Liputan
  • News
  • Peristiwa
  • Pesan
  • Pilihan Redaksi
  • Pitutur Kamituwo
  • Religi
  • Sejarah
  • Tokoh

Wilwatekta ID © 2021

  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontak
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Esai
  • Peristiwa
  • Liputan
  • Tokoh
  • Religi
  • Fiksi
  • Pilihan Redaksi
    • Pitutur Kamituwo

© 2021 Wilwatekta - Mengabarkan dengan bahagia Wilwatekta.

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.