WILWATEKTA.ID – Akibat insiden tawuran pada 4 juni 2022 kemarin di Taman Sleko Car Free Night (CFN). Membuat Kapolres Darman menyurati Bupati Tuban untuk meniadakan live musik di CFN. Pasalnya, pemicu tawuran tersebut akibat adanya live musik di Taman Sleko. Sontak akibat insiden itu, munai kritikan dari warga netizen terhadap pemerintah Kabupaten Tuban. Pro kontra terhadap keberadaan live musik bermunculan. Selain itu, masyarakat Kelurahan Kebonsari khawatir jika terjadi tawuran lanjutan. Sehingga masyarakat setempat setuju jika live musik ditiadakan.
Langkah preventif telah diambil Kapolres Tuban untuk mengontrol resistensi masyarakat. Hal itu dilakukan demi menjaga ketertiban masyarakat dan membuat kenyamanan para pengunjung saat nongkrong di taman tersebut. Surat permohonan peniadaan live musik tersebut, Nomor: B/B29/VI/HUK.5.5./2022 tertanggal Tuban, 14 Juni 2022.
Kita patut berbangga atas keberadaan Taman Sleko. Karena banyak aktifitas yang terjadi, banyak pedagang kaki lima berjualan (meskipun agak macet), seniman tampil live dan para orang tua dapat bermain dengan buah hatinya. Bisa dikatakan, Taman Sleko primadona masyarakat Tuban untuk nongkrong sambil menikmati jajanan.
Walaupun tanpa live musik. Para kaum milenial gak usah bersedih. Toh masih banyak aktifitas produktif yang bisa dilakukan. Misalkan baca buku dengan teman, berdisku tentang Tuban kedepan atau belajar musik. Insyallah lebih bermanfaat. Amiin.
Keberadaan Taman Sleko bukan untuk tawuran. Tapi, keberadaanya sebagai ruang terbuka hijau. Agar masyarakat bisa bersantai dan menghirup udara segar. Selain itu, untuk mengurangi emisi gas yang ditimbulkan dari polusi udara.
Mungkin sampean-sampean yang suka musik agak sedih. Tapi, mau bagaimana lagi. Tujuan penutupan live musik tersebut demi mewujudkan generasi Tuban yang tertib dan berakhlakul karimah. Meskipun skor munaqosah gak penting-penting amat. Udah gak usah dipikir. Kabupaten Tuban punya pemimpin kok. Semua menginginkan kebaikan.
Seluruh kebijakan yang diambil Mas Bupati, sebutan akrab Bupati Aditya Halindra Faridzky. Adalah untuk kebaikan masyarakat Tuban seutuhnya. Oleh sebab itu, dalam masa pemerintahannya membangun Taman Sleko dan Patung Sembilan Kuda. Taman tersebut diharapkan sebagai icon Kota Tuban dan pusat perputaran ekonomi masyarakat. Harapannya.
Nah, kalau tempat publik dijadikan tawuran. Banyak resiko yang diambil. Tidak hanya masyarakat Tuban yang rugi. Tapi masyarakat luar Tuban juga akan mengkritik, “ternyata pemuda Tuban lagi healing ya.” Terus siapa yang malu, bupatinya. Dikasih hiburan. Ehhh, malah dibuat tawuran.
Jangan bestie, kasihan masyarakat yang belum sempat berkunjung ke Taman Sleko. Akibat ulah yang tidak bertanggung jawab ini. Banyak masyarakat yang tidak nyaman. Para orang tua yang ingin bawa buah hatinya kesana, otomatis jadi was-was. Pokok jadi gak nyaman.
Memang sih, ndak semua pemuda terlibat. Namun, akibat insiden itu banyak pihak yang dirugikan. Mungkin yang suka tawuran seneng. Tapi, mending cari ring tinju aja. Dari pada tawuran di tempat umum. Malu lah, sebagai generasi yang dipandang lebih cerdas dari generasi sebelumnya. Masak mau nyambut Indonesia emas, calon pemimpinnya suka tawuran. Jangan diulangi lagi ya.