Wilwatekta.id – Beberapa hari ini kabar yang sangat menggembirakan datang dari kegiatan Groundbreaking pembangunan jembatan Kanor, Bojonegoro-Rengel-Tuban oleh Bupati Bojonegoro, Anna Mua’wanah bersama Wakil Bupati Tuban Noor Nahar Hussein.
Sungguh kabar yang membuat hati saya terenyuh tak terkira. Pun saya langsung membayangkan hal-hal indah saat jembatan sudah jadi nantinya. Membayangkan semua kendaraan bisa melintas di atas jembatan dengan mudahnya. Membayangkan geliat ekonomi di perbatasan yang akan tumbuh pesat. Dan, membayangkan menyatunya dua insan di atas jembatan sebagai prewed pernikahan. Sebab, tidak ada yang lebih membahagiakan tinggal di perbatasan, kecuali kemudahan akses untuk saling menghubungkan.
Betapa tidak, rencana pembangunan jembatan penghubung dua kabupaten ini sudah lama diharapkan masyarakat. Terlebih, mereka yang tinggal di daerah sekitar. Namun, selama itu pula harapan selalu pupus. Baru kali ini bisa terealisasi. Karenanya, sebagai orang Tuban sudah sepatutnya menyampaikan terima kasih kepada Bu Anna.
Lho, kok bisa? Lha hubungannya apa dengan Bu Anna?
Jadi begini Wilkers, meski jembatan tersebut menghubungkan dua kabupaten—Bojonegoro dan Tuban. Namun, seluruh anggaran pembangunan jembatan yang membentang di atas Sungai Bengawan Solo itu dibiayai oleh Pemkab Bojonegoro, Wilkers. Makanya, sudah sepatutnya kita sebagai orang Tuban menghaturkan matur nuwun kepada Bu Anna.
“Oh gitu ya…”
“Lha tugas Pemkab Tuban apa?”
“Melakukan pembebasan lahan di sisi wilayah kekuasaan Kabupaten Tuban. Selebihnya mendoakan.”
Inilah menariknya, Wilkers. Pembagian kekuasaan itu penting. Namun, kesadaran dan meninggalkan ego sektoral itu lebih penting dari sebuah kekuasaan. Dan, Bu Anna tampaknya sudah selesai dalam urusan ini (pembangunan jembatan Kanor-Rengel).
Mungkin, serasa rindu itu berat, biarlah yang berat-berat di wilayah perbatasan Bojonegoro dan Tuban ditanggung dan ditangani Pemkab Bojonegoro. Toh anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Bojonegoro sungguh melimpah banyak.
Pada tahun anggaran 2020 lalu total APBD Bojonegoro kurang lebih mencapai Rp 5,5 T. Bandingkan dengan Tuban yang hanya sekitar 2,4 T.
Lalu berapa anggaran yang harus dikeluarkan Pemkab Bojonegoro untuk membangun jembatan Kanor-Rengel? Jika dibandingkan dengan APBD Bojonegoro, tentu nilainya masih cukup minim, yakni sebesar Rp 88,6 miliar. Hanya sak gebresan dana bagi hasil migas. Hehehe…
“Tugas dari pemerintah daerah itu bukan menyimpan uang, tapi membelanjakan uang, kalau tidak dibelanjakan berarti tidak terserap. Membelanjakan uang sebanyak mungkin itu bisa mendongkrak ekonomi. Makanya saat kami melihat peta daerah, dan dirasa sangat perlu (dilakukan pembangunan), maka kami bangun (seperti pembangunan jembatan Kanor-Rengel). Dan, Alhamdulillah bisa terwujud,” kata Bu Anna.
Nah yo… belanja uang pemerintah itu penting untuk mendongkrak ekonomi. Wes pokoke daerah-daerah perbatasan Tuban-Bojonegoro pasrah njenengan Bu Anna.
Mewakili masyarakat Tuban, rasa terima kasih kepada Bu Anna dan Pemkab Bojonegoro pada umumnya, juga sudah diwakili Wakil Bupati Tuban Noor Nahar Hussein.
Dikatakan Pak Noor, sedianya pada tahun 2016-2017 sudah dicanangkan pembangunan jembatan Kanor-Rengel dengan menggunakan tiga skema pembiayaan. Yakni, dari Provinsi, Bojonegoro, dan Tuban. Namun, tiba-tiba pada 2018 provinsi mundur. Sehingga, tinggal Bojonegoro dan Tuban. dan, pada akhirnya cukup ditangani Bojonegoro saja. Kabupaten kaya kok. Hehehe…
‘’Ini (pembangunan jembatan Kanor-Rengel) luar biasa. Berkat inisiasi Bupati Bojonegoro yang mengambil alih pembiayaan, sehingga pembangunan jembatan ini bisa terwujud,” puji Pak Noor kepada Bu Anna seiring dengan gercapnya pembangunan di Bojonegoro selama kepemimpinan Bu Anna (dikutip dari tubankab.go.id.).
Eh, btw ke depan Bu Anna mboten pengen nyalon Bupati Tuban?. (*)