Minggu, Mei 28, 2023
Wilwatekta.id
Advertisement
  • Peristiwa
  • Liputan
  • Sejarah
  • Pilihan Redaksi
    • Pitutur Kamituwo
  • Liputan
  • Tokoh
  • Pesan
  • Esai
    • Fiksi
  • Budaya
  • Religi
No Result
View All Result
  • Peristiwa
  • Liputan
  • Sejarah
  • Pilihan Redaksi
    • Pitutur Kamituwo
  • Liputan
  • Tokoh
  • Pesan
  • Esai
    • Fiksi
  • Budaya
  • Religi
No Result
View All Result
Wilwatekta.id
No Result
View All Result
Home Esai

Menganalisa Kondisi Bumi, Kenapa Enggan Bersahat dengan Manusia?

by Khoirukum Mimmu’aini
06/03/2023
Menganalisa Kondisi Bumi, Kenapa Enggan Bersahat dengan Manusia?

WILWATEKTA.ID – Kekeringan yang kerap kali melanda bumi sudah tidak lagi bisa dianggap remeh. Bahkan sudah memasuki fase ekstrim. Karena didukung oleh kawasan hijau rusak dan pertambangan yang sulit dikondisikan. Sehingga mengancam keberlangsungan masa depan bumi. Bisa dibilang, kekeringan semakin meluas. Tidak terkecuali melanda sebagian warga Tuban, khususnya warga di Kecamatan Grabagan. Diantara desa yang rawan terjadi kekeringan antara lain Desa Ngandong, Grabagan, dan Dahor.

Keluhan warga seputar ketersediaan air bersih bisa dipastikan setiap musim kemarau. Mungkin setiap tahun ada, namun baik pemerintah maupun masyarakat belum pernah menganalisa secara mendalam. Kenapa ini terjadi? Hanya musim kemarau yang lumrah atau memang alam sudah tidak lagi bisa bersahat dengan makhluk hidup (manusia).

Usia bumi memang sudah tak muda lagi. Ditambah manusia yang terlalu serakah dan tak mampu menjaga kondisifitas alam. Karena alam adalah kekayaan yang diciptakan Tuhan YTE untuk keberlangsungan hidup manusia di bumi. Jika alam rusak, maka seluruh penghuni bumi mendekati kerusakan juga.

Meskipun pemerintah berkomitmen menyediakan fasilitas air bersih bagi warga. Belum mampu menjawab masa depan sumber air. Selain itu, sejumlah program yang disiapkan untuk mengatasi persoalan tersebut tidak bersifat berkelanjutan (perbaikan hutan lindung). Jika pengeboran sumur, pembangunan tandon penampung air, dan pembuatan saluran air sampai rumah. Hanya soal jang pendek. Lalu program untuk anak cucu, mana? Masa depan bumi perlu ditata ulang!

Seolah peninjauan titik rawan kekeringan hanya sebatas kamuflase. Coba aja, programnya lebih kepada pembenahan kerusakan alam. Pasti lebih bermanfaat dan bersifat jangka panjang. Adanya penanganan secara cepat tepat agar tidak terjadi banjir, longsor dan kekeringan. Itu jamak dilakukan oleh pemangku kebijakan. Selain itu, penyadaran terhadap masyarakat dekat sumber mata air dan kawasan hutan lindung. Sehingga masyarakat jauh dari hal yang membahayakan.

Seharusnya program pembangunan dengan menetapkan skala prioritas APBD 2023. Dialokasikan untuk pendanaan pada sejumlah sektor besar. Semisal, pembangunan berbasis lingkungan, tanam pohon, pemberdayaan masyarakat dekat hutan dan lain sebagainya. Dibandingkan sektor lainnya yang kurang menyentuh kebutuhan masyarakat. “Hal ini dilakukan semata-mata untuk melakukan percepatan pada sektor yang dimaksud, tanpa mengabaikan sektor lain.”

Jika tidak tepat sasaran, saat kemarau panjang pasti mengalami kekurangan pasokan air. Karena air adalah kebutuhan dasar bagi masyarakat secara umum. Bukan hanya manusia, namun juga untuk menyelamatkan hewan ternak. Selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ketersediaan air juga dimanfaatkan untuk mengaliri pertanian.

Oleh sebab itu, setiap elemen harus saling menyadari. Bahwa krisis iklim memang betul-betul terjadi. Sehingga bumi perlu dihijaukan kembali dan buanglah sampah pada tempatnya. Agar bumi bisa bersahabat dengan manusia sepanjang hayat.

Mengetahui banyak informasi tentang banjir, longsor dan kekeringan. Pelaksanaan program pembangunan harus mengedepankan prinsip bumi hijau dan pengembangan kawasan hutan untuk masa depan bumi. Juga memastikan keterlibatan berbagai pihak, terutama masyarakat dekat hutan.

Tags: Kawasan hutan rusakKawasan lindungKekeringanKemarau panjangKondisi bumiPerlu penghijauan
Previous Post

NU Perekat Bangsa dan Jangkarnya NKRI: Jangan Hanyut dalam Pemilu 2024

Next Post

Pajak Untuk Kedaulatan Rakyat: Bukan Malah Menjadikan Rakyat Sebagai Pengutang Atau Menjadi Terjajah

Khoirukum Mimmu’aini

Khoirukum Mimmu’aini

Kader PMII Tuban

Related Posts

Pajak Untuk Kedaulatan Rakyat: Bukan Malah Menjadikan Rakyat Sebagai Pengutang Atau Menjadi Terjajah

Pajak Untuk Kedaulatan Rakyat: Bukan Malah Menjadikan Rakyat Sebagai Pengutang Atau Menjadi Terjajah

16/03/2023
NU Perekat Bangsa dan Jangkarnya NKRI: Jangan Hanyut dalam Pemilu 2024

NU Perekat Bangsa dan Jangkarnya NKRI: Jangan Hanyut dalam Pemilu 2024

04/03/2023
Tingkatkan Kualitas Data Industri Ekstraktif, Pemkab Tuban: Harus Transparan dalam Tata Kelola Sumberdaya Alam

Tingkatkan Kualitas Data Industri Ekstraktif, Pemkab Tuban: Harus Transparan dalam Tata Kelola Sumberdaya Alam

03/03/2023
Nggak Ada yang Aneh Pejabat Pemerintah Terjun Lapangan

Nggak Ada yang Aneh Pejabat Pemerintah Terjun Lapangan

21/02/2023
Harga Bahan Pokok Menjelang Puasa Ramadhan Mahal: Masyarakat Siap-siap Ya!

Harga Bahan Pokok Menjelang Puasa Ramadhan Mahal: Masyarakat Siap-siap Ya!

17/02/2023
Gapura Masuk Tuban Dari Timur Akan Diganti, Gimana Menurut Kamu Bestie?

Gapura Masuk Tuban Dari Timur Akan Diganti, Gimana Menurut Kamu Bestie?

16/02/2023

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Tentang
  • Kirim Naskah
  • Redaksi
  • Kontak

© 2022 Wilwatekta - Edukasi Tanpa Tendensi hak cipta dilindungi undang-undang .

No Result
View All Result
  • Esai
  • Peristiwa
  • Liputan
  • Tokoh
  • Religi
  • Fiksi
  • Pilihan Redaksi
    • Pitutur Kamituwo

© 2022 Wilwatekta - Edukasi Tanpa Tendensi hak cipta dilindungi undang-undang .