• Kirim Naskah
Wilwatekta.id
No Result
View All Result
  • Esai
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Pesan
  • Liputan
  • Fiksi
  • Pilihan Redaksi
  • Pitutur Kamituwo
  • Esai
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Pesan
  • Liputan
  • Fiksi
  • Pilihan Redaksi
  • Pitutur Kamituwo
No Result
View All Result
Wilwatekta.id - edukasi tanpa tendensi
No Result
View All Result
Home Budaya

Masyarakat Menjadi Korban Penghisapan atas Keserakahan Penguasa

Redaksi by Redaksi
17/03/2021
in Budaya, Pitutur Kamituwo, Tokoh
0
Sumber Gambar: kabarmapegaa.com

Sumber Gambar: kabarmapegaa.com

Wilwatekta.id – Setiap pemimpin negara mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda. Menyimak sepak terjang pemimpin terdahulu menjadikan contoh gaya kepemimpinan hari ini. Gaya kepemimpinan tersebut menjadi spirit bagi para pemimpin, tidak terkecuali pada pemimpin negara Indonesia. Kepemimpinan yang otoriter, diktator dan sentralistik selalu muncul dalam setiap kepemimpinan. Ruang masyarakat tertutup, harus mengikuti satu pintu. Intruksi presiden adalah takdir Tuhan. Penghianatan jika tidak membenarkan apa yang menjadi keinginan penguasa. Kepemimpinan seperti demikian sangat mirip sekali dengan gaya Hitler, Stalin, ataupun Musolini.

Masyarakat menjadi budak penguasa, atas kuasa yang dimiliki oleh gaya kepemimpinan seorang pemimpin. Dalam hal ini Karl Max memberikan pandangan bahwa, terbentuknya negara dideterminasi secara dialektis dalam proses sejarah pertentangan kelas dalam masyarakat. Sudah bukan rahasia bahwa, masyarakat menjadi korban penghisapan atas keserakahan penguasa. Isu bahwa masyarakat adalah satu alasan untuk percepatan pembangunan dalam memberikan kesejahteraan, malah membuat masyarakat menjadi termarjinalkan.

Jauh dari kata keadilan sebagai payung kehidupan mereka. Ruang hidup mereka dirampas atas ambisi seglintir orang. Masyarakat dianggap melawan konstitusi jika tidak mengamini keinginan negara atas dalih pembangunan kepentingan nasional. Seolah negara mengabaikan UU Hak Asasi Manusia (HAM). Masyarakat dianggap debu penghabat atas apa yang menjadi keinginan negara dalam melindungi kaum pemodal.

Masyarakat adalah kelompok rentan yang harus menyadari itu. Bahwa masyarakat hanya menjadi budak eksploitasi kaum borjuasi, kelas bermodal yang menguasai alat-alat produksi, terhadap kaum proletar, sementara nilai lebih (surplus value) komoditi-komoditi yang dihasilkan oleh kaum buruh memperkuat sistem produksi kapitalis. Dalam hal ini masyarakat menjadi kezaliman penguasa yang memaksakan kehendak atas ambisi kemajuan yang ditopang oleh kaum pemodal. Investasi ribuan triliun tercantum pada megainfrastuktur keseluruh penjuru Indonesia.

Dengan adanya peningkatan pembangunan, tapi konflik agraria juga meningkat. Mega proyek tersebut perlu dipertanyakan, dari negara untuk rakyat atau dari negara untuk investor. Karena masyarakat dianggap musuh oleh aparat negara. Sehingga kasus konflik agraria terus bertambah.

Mega proyek tersebut banyak menyebabkan masuknya investor. Karena kran investasi dibuka selebar-lebarnya untuk berinvestasi atas proyek tersebut. Proyek ini bisa dikatakan sebagai akses para pemodal untuk mengeruk kekayaan negara lebih besar. Dengan dalih investasi, maka akan semakin banyak aset negara Indonesia yanga akan keluar. Atas kuasa proyek besar ini, negara kita semakin dihisap. Hal ini pernah diprediksikan oleh Mbah Pram, ‘Negara Indonesia adalah negara kaya raya, tapi kita dijadikan budak di tanah kelahiran kita, kita dibuat miskin. Karena kekayaan kita bertahun-tahun telah dihisap. Pesan singkat ini adalah hal yang terjadi sampai hari ini.

Sebaran Investasi Proyek

Atas mega proyek infrastruktur ini pemerintah harus mengelilingi negara sahabat untuk mencari investor yang tertarik untuk berinvestasi atas proyek tersebut. Kran investasi dibuka lebar-lebar, negara asing bebas masuk untuk memberikan modal pembangunan kepada pemerintah Indonesia. Atas modal itu, tentu bukan barang gratisan yang meminta imbalan suka-suka. Tapi, ada nilai yang diminta kembali. Karena besaran investasi tergantung sebaran titik investasi tertanam. Melihat kekayaan Indonesia, tentu ini adalah kesempatan emas bagi kaum pemodal untuk masuk melalui kran investasi. Kita bisa melihat, bahwa proyek ini dari sabang sampai merauke; Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku dan Papua.

Beberapa provinsi dan kabupaten kota ini, tertanam ribuan triliun investasi pembangunan. Artinya sebelum masa kontrak belum selesai, apa yang diraih oleh pemerintah pada hari ini masih belum menjadi milik negara Indonesia seutuhnya. Kita masih belum bisa berbangga atas capaian hari ini. Kondisi ini masyarakat tidak pernah tahu, walaupun pada hari ini kita disuguhi infrastruktur yang baik, tapi itu bukan milik pemerintah kita sendiri.

Proyek Nasional Atau Asing

Ambisi pembangunan ini tentu tidak terlepas dari negara besar yang pernah menjajah negara kita, penjajahan mewariskan mentalitas negatif, lemah, tidak kreatif untuk mengembangkan resourse, hanya megandalkan dari luar. Sehingga sampai hari ini kita masih disetir oleh kaum-kaum kapitalis. Lalu pertanyaan muncul, bagaimana kita bisa terlepas dari asing? Jangan biarkan derita warisan ini menjadi kelemahan kita untuk selalu bergantung pada asing. Sangat sulit kita untuk berubah bila kendali selalu kita serahkan pada pihak lain. Ini adalah sebuah fakta yang harus menjadi catatan kita bersama dalam melihat pelaksanaan pembangunan. Ketika negara melayani kelas-kelas berkuasa. Maka, kelas berkuasa merasa punya hak untuk mengatur dalam sebuah perjanjian yang mengeluarkan modal besar.

Disadari atau tidak pembangunan memang sebuah keharusan di tubuh Indonesia, tapi kenyataan ini tidak berbanding lurus pada cita-cita nasional untuk membuat Indonesia lebih maju. Karena hegemoni kolonialisame hingga saat ini masih belum mengalami pergeseran paradigmatik. Berbagai upaya dilakukan untuk keluar dari kekangan asing. Namun, sampai hari ini lingkaran ekononomi neoliberalisme masih sangat kuat bercongol di Indonesia. Sehingga lagi-lagi kita harus bergantung pada modal asing. Alih-alih memberikan kesejahteraan pada masyarakat, tapi malah dijadikan tumbal atas kesrakahan penguasa. (*)

Tags: HAMInvestasi ProyekInvestorKonflik AgrariaMasyarakatMedia Alternatif IndonesiaPembangunan DesaPemerintahPenguasaProyek NasionalRakyatWilwatekta.id
SendShareTweet
Redaksi

Redaksi

Next Post
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Mengubah Cara Kerjanya di Tengah Kondisi Covid-19

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Mengubah Cara Kerjanya di Tengah Kondisi Covid-19

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Foto Aditya Halindra Faridzky Bupati Terpilih Tuban

4 Hal yang Mungkin Hilang Setelah Mas Lindra Dilantik Jadi Bupati

20/04/2021
Membangun Infrastruktur di Wilayah Perbatasan Bojonegoro-Tuban itu Berat, Biar Bu Anna Saja

Membangun Infrastruktur di Wilayah Perbatasan Bojonegoro-Tuban itu Berat, Biar Bu Anna Saja

12/04/2021
Mas Bupati

Surat Terbuka untuk Pejabat Generasi Tua: 3 Tips Supaya Tidak Tratapan Dipimpin Mas Lindra

26/06/2021
Mas Lindra dan Pak Riyadi

3 Cara Sederhana Melihat Hubungan Mas Bupati dan Pak Wabup, yang Katanya Sudah Tidak Harmonis

23/06/2021
Sinta dan Hasratnya kepada Buku

Sinta dan Hasratnya kepada Buku

Wujudkan Tradisi Literasi, SMP Islam Sunan Bejagung Gandeng Gerakan Tuban Menulis

Wujudkan Tradisi Literasi, SMP Islam Sunan Bejagung Gandeng Gerakan Tuban Menulis

Gus Yaqut menyapa jemaat paska ibadah Natal terbatas di GPIB "Immanuel" / Gereja Blenduk Kota Semarang

Gus Yaqut: Saatnya Mengembalikan Agama Sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi

Masyarakat Menjadi Korban Penghisapan atas Keserakahan Penguasa

Masyarakat Menjadi Korban Penghisapan atas Keserakahan Penguasa

Wujudkan Tradisi Literasi, SMP Islam Sunan Bejagung Gandeng Gerakan Tuban Menulis

Wujudkan Tradisi Literasi, SMP Islam Sunan Bejagung Gandeng Gerakan Tuban Menulis

15/05/2022
SDM dan Kesempatan Kerja di Kabupaten Tuban

SDM dan Kesempatan Kerja di Kabupaten Tuban

28/04/2022
Telaah Penguatan Gerakan Organisasi PMII, Pasca Reformasi dan Era Digitalisasi

Telaah Penguatan Gerakan Organisasi PMII, Pasca Reformasi dan Era Digitalisasi

28/04/2022
Transformasi Gerakan Merawat Peradaban, PMII Di Era Post Truth Dan Digitalisasi

Transformasi Gerakan Merawat Peradaban, PMII Di Era Post Truth Dan Digitalisasi

18/04/2022



Edukasi Tanpa Tendensi
Media alternatif di kabupaten Tuban, platform digital anti mainstream membawa degup kebahagiaan secara konstruktif.

Info Kerjasama
redaksi@wilwatekta.id

Kategori

  • Budaya
  • Esai
  • Fiksi
  • Liputan
  • News
  • Peristiwa
  • Pesan
  • Pilihan Redaksi
  • Pitutur Kamituwo
  • Religi
  • Sejarah
  • Tokoh

Wilwatekta ID © 2021

  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontak
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Esai
  • Peristiwa
  • Liputan
  • Tokoh
  • Religi
  • Fiksi
  • Pilihan Redaksi
    • Pitutur Kamituwo

© 2021 Wilwatekta - Mengabarkan dengan bahagia Wilwatekta.

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.