• Kirim Naskah
Wilwatekta.id
No Result
View All Result
  • Esai
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Pesan
  • Liputan
  • Fiksi
  • Pilihan Redaksi
  • Pitutur Kamituwo
  • Esai
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Pesan
  • Liputan
  • Fiksi
  • Pilihan Redaksi
  • Pitutur Kamituwo
No Result
View All Result
Wilwatekta.id - edukasi tanpa tendensi
No Result
View All Result
Home Esai

Mahasiswa Lakukan Demonstrasi: Dianggap Cari Sensasi dan Ada yang Menunggangi

Khoirukum Mimmu’aini by Khoirukum Mimmu’aini
17/06/2022
in Esai, News
0

WILWATEKTA.ID – Mahasiswa yang kritis selalu merasa mempunyai tanggungjawab sosial. Apalagi jika melihat kondisi kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro rakyat. Hampir dipastikan, mereka melakukan demonstrasi. Namun parahnya, perjuangan tulus dalam menyampaikan aspirasi masyarakat selalu dianggap mencari sensasi. Kemudian ada juga yang bilang, demonya ada yang menunggangi (lagu lama). Walah, pokok serba salah jadi mahasiswa pergerakan. Gak demo dibilang tumpul, lakukan demo, dianggap jadi tunggangan kepentingan politik. Serba salah.

Untungnya mahasiswa pergerakan sudah punya mental baja. Mau dibilang apapun gak ngaruh. Tetap jalan, tangan terkepal dan maju kemuka. Patah semangat, semangat gak patah-patah. Hehe.

Dari sana, saya jadi teringat saat masih menjadi anggota pergerakan. Doktrin yang diberikan pada anggota kurang lebih demikian, “diskusi bendino ora wani demo, namuleh macol wae. Mahasiswa kok ora wani demo,” seloroh seorang senior.

Mendengar perkataan tersebut membuat dada terasa tratapan. Seolah ingin melempar batu kemukanya. Bagaimana tidak, lagi bangga-bangganya jadi mahasiswa kok. Masak ndak kritis aja, suruh pulang nyangkol. Apa kata orang tua saya. Sudah dikuliahkan mahal-mahal, masih balik ke habitatnya.

Kembali pada mahasiswa demonstrasi yang dianggap cari sensasi dan ada yang nunggangi. Well, nggak. Kami gak mau rusuh.

Boleh saja gak percaya pada mahasiswa pergerakan, tapi saya yakinkan ini bukan klaim yang mengada-ada. Mahasiswa sebenarnya sangat menghindari yang namanya rusuh. Bagaimana dengan citra kami sebagai mahanya para siswa. Isin noh, cheos.

Kalau ada yang tanya kenapa gak suka rusuh, karena sebelum kami melakukan aksi mengirim surat pemberitahuan ke polisi. Selain itu, juga minta restu pada senior. Walaupun kadang gak direstui. Tapi bagi kami, yang namanya pro_kontra itu hal biasa. Siapapun bebas memberikan penilaian.

Famflet aksi PC PMII Tuban, evaluasi kinerja satu tahun Bupati dan Wabup

Karena secara undang-undag harus mengirimkan surat pemberitahuan ke pihak penegak hukum. Soal minta restu ke-senior, itu bagian dari etika. Karena mungkin, mereka punya saran yang masuk. Walaupun kadang, gak mashoook.

Masak iya, kalau gak diijini gak demo. Kan sudah minta persetujuan kesemua pihak. Artinya kami sudah gugur kewajiban. Gak jadi demo, “tanya pada rumput yang bergoyang.”

Intinya, kami yang dianggap sebagai agen perubahan. Kalau sudah ada niat turun jalan, pasti brangkat. Gaspol, rem blong. Hehe.

Kalau boleh jujur, sebenarnya cukup susah nanggepin orang sumbu pendek. Panjenengan sedoyo harus menggakui. Masyarakat Indonesia bisa menghirup udara bebas, menyampaikan pendapat di depan umum, hidup berdampingan berbagai lapisan. Itu karena peran mahasiswa yang selalu berani menyuarakan ketidak adilan. Bayangkan saja, jika kediktatoran yang pernah dilakukan Presiden Soeharto selalu tumbuh. Sekali anda bersuara, hilang tinggal nama.

Jangan salah, setiap kita demo. Banyak Whatshap yang masuk. Ia kalau diajak nyate menthok. Isinya ancaman. Hmmm, ngeri-ngeri sedap.

Banyak resiko yang harus kita ambil. Ingin menegakkan keadilan, diancam, gak bergerak, mahasiswa cacingan. Pokok isinya hanya meme cacian. Mahasiswa kurang gawean, disekolahno duwur-duwur gak ndwe sopan santon. Mbhoooh, keluar semua bahasa planet tanpa batas.

Belum lagi perkataan alumni, demone monoton, gak kritis, kader goblok, gak valid datanya. Haduhh, serasa dunia mau kiamat. Ada saja paidunya.

Okey lah. Semua bisa kita terima. Mahasiswa punya kewarasan yang lebih, dari pada kewarasan lainnya. Setiap masukan atau cacian yang muncul. Kita anggap itu bentuk kasih sayang pada kita. Kurang baik apa lagi coba. Sudah dicaci, dihina. Ehhh, anggapan kita sebagai bahan evaluasi. Semoga kedepan lebih baik dan tetap semangat.

Jadi sebenarnya beban mental. Tapi bagimana lagi, kita dianggap sebagai agent of change (agen perubahan). Setiap ada kebijakan yang tidak sesuai visi-misi pemimpin, harus berani menyuarakan. Soal berhasil atau tidak, pokok berani menyuarakan.

Nah, sebenarnya gak masalah kalau ada yang mengatakan, mahasiswa demo hanya cari sensasi, demonya ada yang nunggangi dan seterusnya. Tapi pertanyaan saya, maunya apa toh ini orang?. Kok serba salah jadi mahasiswa pergerakan. Apa-apa kok dikomentari, sebenarnya sih udah gak kaget. Yang penting demi tujuan bersama tetap tersampaikan. Persoalan dihargai atau tidak, wallahu alam bishawab.

Tags: DemonstrasiDianggap Cari SensasiMahasiswa
SendShareTweet
Khoirukum Mimmu’aini

Khoirukum Mimmu’aini

Kader PMII Tuban

Next Post
Terasa Kuat Diingatan

Terasa Kuat Diingatan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Foto Aditya Halindra Faridzky Bupati Terpilih Tuban

4 Hal yang Mungkin Hilang Setelah Mas Lindra Dilantik Jadi Bupati

20/04/2021
Membangun Infrastruktur di Wilayah Perbatasan Bojonegoro-Tuban itu Berat, Biar Bu Anna Saja

Membangun Infrastruktur di Wilayah Perbatasan Bojonegoro-Tuban itu Berat, Biar Bu Anna Saja

12/04/2021
Mas Lindra dan Pak Riyadi

Sambutan Wabup Riyadi: Gambaran Sebuah Friksi dengan Bupati, Benarkah Sudah Tidak Sejalan Lagi?

30/05/2022
Mas Bupati

Surat Terbuka untuk Pejabat Generasi Tua: 3 Tips Supaya Tidak Tratapan Dipimpin Mas Lindra

26/06/2021
Sinta dan Hasratnya kepada Buku

Sinta dan Hasratnya kepada Buku

Partisipasi, Mewujudkan Anggaran Tepat Sasaran Dana Desa Tahun 2021

Partisipasi, Mewujudkan Anggaran Tepat Sasaran Dana Desa Tahun 2021

Kritik Pembangunan Ala Netizen Terhadap Pemerintah

Kritik Pembangunan Ala Netizen Terhadap Pemerintah

Gus Yaqut menyapa jemaat paska ibadah Natal terbatas di GPIB "Immanuel" / Gereja Blenduk Kota Semarang

Gus Yaqut: Saatnya Mengembalikan Agama Sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi

Tilang ETLE yang Bikin Gak Bebas Kesana-Kemari

Tilang ETLE yang Bikin Gak Bebas Kesana-Kemari

29/06/2022
Berita Tahun 2020-2022 yang Trending, Bikin Masyarakat Agak Pusing

Berita Tahun 2020-2022 yang Trending, Bikin Masyarakat Agak Pusing

28/06/2022
Pangeran Tidur

Part [II]: Pangeran Tidur

26/06/2022
Tertawa Sedih

Tertawa Sedih

26/06/2022



Edukasi Tanpa Tendensi
Media alternatif di kabupaten Tuban, platform digital anti mainstream membawa degup kebahagiaan secara konstruktif.

Info Kerjasama
redaksi@wilwatekta.id

Kategori

  • Budaya
  • Esai
  • Fiksi
  • Liputan
  • News
  • Peristiwa
  • Pesan
  • Pilihan Redaksi
  • Pitutur Kamituwo
  • Religi
  • Sejarah
  • Tokoh

Wilwatekta ID © 2021

  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontak
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Esai
  • Peristiwa
  • Liputan
  • Tokoh
  • Religi
  • Fiksi
  • Pilihan Redaksi
    • Pitutur Kamituwo

© 2021 Wilwatekta - Mengabarkan dengan bahagia Wilwatekta.

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.