Wilwatekta.id – Kenangan saat masih bersama mantan memang selalu menyenangkan. Selalu ada cerita yang bisa kita kenang. Pun pada momen bulan Ramadan seperti sekarang.
Kenangan lama nan indah itu terus berkelindan—janjian saling membangunkan saat sahur nanti. Cie… Senyum senyum sendiri yang punya kenangan itu, yang diputusin doi saat masih sayang-sayangnya. Ups…
Yoi, kenangan manis bersama doi di bulan Ramadan itu memang sungguh mengasyikan. Bersamanya seakan memberikan kekuatan yang luar biasa untuk menjalani ibadah puasa sebulan penuh—kalau perlu ditambah satu bulan lagi nggak papa, asal dia yang bangunin sahur, aku rela. Cie…
Bagi mereka—yang pernah muda dan merasakan cinta bersama doi (yang jomblo diam sebentar), menantikan suara hanpon berdering—tanda si doi menelpon kala waktu sahur, adalah rutinitas selama puasa yang selalu dinanti. Bak alarm dengan ringtone soundtrack ikatan cinta yang selalu setia membangunkan kita.
Suara si doi dari seberang telepon seperti kentongan dengan suara yang sangat pelan, tapi tepat menusuk pada tulang. Cesss… (adem)
Sepuluh-lima belas tahun yang lalu, belum ada video call seperti sekarang. Hanpon hanya berfungsi sebagai alat komunikasi SMS dan telpon-telponan. Karenanya, lembut suara yang terdengar dari seberang telpon genggam di nun jauh sana sudah seperti memandang wajahnya. Membanyangkan: Senyum di bibirnya… Gemes pipinya… Mancung hidungnya… Panjang dan tebal alisnya… Tergerai indah rambut hitam berkilau… Tajam tatapan matanya… dan semua tentangnya terangkum dalam lembut suara kala membangungkan sahur.
Sungguh kemesraan anak muda era 90-an yang meninggalkan banyak kenangan. Dan, semua masih lekat dalam kenangan hape Nokia 1110. Imajinasi dalam gerak suara kala waktu sahur tiba.
“Assalamualaikum sayanx…” Sungguh suara yang lembut sekali, serasa katembat masuk kuping. Slenggring-slenggring.
“Waalaikumsalam beb…”
“Ayo bangun… udah jam tiga itu lho…”
“Iya beb… ini udah bangun kok.”
“Mana… belum bangun gitu kok. Ayo bangun… nanti keburu imsak lho.”
“Iya sayanx… sayanx sudah sahur…?”
“Ya belum… kan nungguin kamu, makanya cepet bangun, kita sahurnya bareng-bareng, kamu di sana aku di sini.”
“Iya sayanx… Makasih ya udah dibangunin.”
“Kan kita udah janjian, kalau aku yang bangun duluan, aku yang bangunin kamu, kalau kamu yang bangun duluan, kamunya yang bangunin aku. Kalau sama-sama nggak ada yang bangun, ya… gagal deh puasanya…”
“Eh, iya ding lupa… Makasih sayanx… Habis aku ini cuci muka, setelah itu langsung sahur.”
“Janji ya… jangan tidur lagi.”
“Iya iya sayanx... Ya udah, emuah emuah emuah… bay… Assalamualaikum…”
“Walaikum salam… emuah emuah emuah...”
Sahur… Sahur… Sahur… Sahur… Sakmeniko sampun jam tigo langkung sedoso menit... Sahur… Sahur… Sahur…