Wilwatekta.id – Petunjuk manusia untuk hidup damai di dunia dan akhirat adalah agama. Melalui para Kyai, Ustadz dan Ulama, mengajarkan manusia untuk hidup damai dan berkah. Terlebih hidup untuk selalu dirahmati oleh Allah Swt.
Tentunya untuk meraih semua itu manusia memerlukan arahan guru (Kyai), karena tanpa mereka, manusia kehilangan arah, dan kehilangan sanad keilmuan. Hal ini patut dipahami bersama, bahwa ilmu agama tidak bisa dipelajari secara instan.
Dalam istilah Jawa, manusia memerlukan teken, tekun, dan tekan. Permainan kata dari pejuang agama untuk memberikan pemahaman agama secara mudah. Hal itu dilakukan oleh para Wali Songo, sebagai bentuk agama dipadukan dengan lokalitas budaya (akulturasi budaya). Sehingga orang secara tidak sengaja masuk agama Islam tanpa kekerasan. Karena agama Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin.
Untuk menggambarkan bagaimana cara menjalani hidup di dunia, manusia memerlukan penunjuk dan penuntun dalam menjalani hidup. Teken bermakna (tongkat), panduan dalam menjalani hidup.
Teken bisa juga dimaknai sebagai agama atau ageman, pegangan yang dikukuhi ketika manusia dalam menjalani hidup di dunia.
Dalam ilmu Tasawuf, teken barada pada level syariat; yang berisi aturan, etika untuk menjalani hidup. Teken bukanlah tujuan, ia hanyalah alat untuk menuju cita-cita yang dikehendaki.
Sejatinya setiap orang punya teken yang berbeda sesuai dengan kecocokan pribadinya. Sayangnya, banyak yang berhenti dilevel teken, bahkan menuhankan teken, selain teken yang dipengangnya, tidak ada lagi teken yang layak untuk menjadi pegangan hidupnya.
Ketika seseorang punya tongkat, manusia ketika menapaki hidup selanjutnya, bahkan orang bisa tahu level mana yang kemudian harus dilalui. Kemudian tekun, menjalani hidup di dunia dengan setia (istiqomah) dan penuh penghayatan melalui arahan teken. Dalam ilmu Tasawuf, tekun berada pada lefel tarekat, suluk, (laku spiritual). Siapapun yang yang tekun menjalani laku spiritual, ia pasti sampai pada tahapan selanjutnya, yaitu tekan (sampai). Siapapun yang tekun, maka akan sampai pada tujuan. Tidak ada kesetiaan yang sia-sia.
Tekan adalah buah yang akan dipetik para pejalan spiritual yang tekun. Dalam syair jawa yang dilantunkan oleh Sunan Kalijaga (penekno blimbing kuwi). Dalam ilmu Tasawuf, tekan berada pada level hakikat dan makrifat.
Orang yang tekun berjalan menggunakan tongkatnya, tak peduli rintangan apapun yang dihadapinya dalam perjalanan (lunyu-lunyu penekno). Dengan prinsip kekuatan teken tersebut, manusia akan mampu mengetahui hakikat dari apa-apa yang terkandung di dalam dan di luar tekennya.
Hakikat dari pada perjalanan hidup manusia adalah menuju Allah Swt. Jika Allah Swt menghendaki, ia akan memanggil makhluknya untuk ke Surga-Nya, (kanggo sebo mengko sore). Jika manusia mampu melewati semua itu. Ia akan memperoleh karunia terbesar, yaitu melihat diri-Nya sendiri dalam rupa yang gilang-gemilang. (*)