Wilwatekta.id – Tidak lama lagi bupati terpilih hasil Pilkada Kabupaten Tuban, Aditya Halindra Faridzky bakal segera dilantik. Tepatnya pada 20 Juni 2021 nanti. Sesuai dengan berakhirnya masa jabatan Bupati Fathul Huda.
Artinya, momentum yang sudah ditunggu-tunggu itu tinggal sekitar dua bulan lagi. Waktu yang singkat setelah berjalan kurang lebih lima bulan menunggu pasca ditetapkannya sebagai bupati terpilih oleh KPU.
Sebelum jauh membahas 100 hari program awal yang akan dijalankan Mas Lindra (sapaan akrabnya Aditya Halindra Faridzky), dan akan dibawa kemana arah pembangunan Kabupaten Tuban nanti. Setidaknya, ada beberapa hal yang kemungkinan akan hilang dan berubah di Tuban setelah Mas Lindra resmi menjadi bupati.
Apa saja itu, mari kita angan-angan.
Panggilan Akrab Pak Bupati
Selama ini masyarakat Tuban sudah terbiasa memanggil bupati dengan kata depan Pak. Nah, sudah hampir pasti panggilan Pak Bupati yang selama ini melekat pada Bupati Fathul Huda maupun bupati-bupati sebelumnya itu akan hilang. Sebab, akan terdengar wagu jika Mas Lindra dipanggil Pak Lindra. Masak baru 29 tahun dipanggil Pak. Coba praktikan:
“Pak Bupati Lindra.” Hemmm... Nggak enak toh.
Bagaimana kalau pakai “Mas”.
“Mas Bupati…” Enak toh dengarnya.
Oh iya Mas Bupati, selamat ulang tahun yang ke-29 ya… mohon maaf tidak sempat mengirimkan karangan bunga.
Melalui tulisan ini, saya ingin membantu njenengan, agar njenengan tidak perlu repot-repot menyampaikan ke masyarakat:
“Panggil aku Mas Bupati…” Woke Mas Bupati.
Kopyah Pak Bupati
Sebagai sosok bupati sekaligus kiai, juga sebagai sosok bapak dan kakek, selama ini Bupati Fathul Huda tidak lepas dengan songkok yang ada di kepalanya. Dalam kegiatan apapun Bupati Fathul Huda selalu mengenakan songkok hitam.
Sementara, Mas Lindra, adalah anak muda banget, yang selalu menjaga penampilannya dengan gaya rambutnya yang always klimis. Tidak banyak jejak digital yang menemukan foto Mas Lindra mengenakan songkok, kecuali saat menghadiri pengajian. Ya iya lah, masak menghadiri pengajian polosan.
Soal fashion, inilah yang membuat cewek-cewek penasaran dan tidak sabar untuk menantikannya. Jika selama ini Mas Lindra lekat dengan gaya casualnya, serta jaket varsity warna Partai Golkar kuning yang selalu melekat pada kegiatan-kegiatan politiknya. Apakah nanti setelah resmi dilantik menjadi bupati, Mas Lindra akan tetap dengan gaya casualnya.
Patut dinantikan.
Hilangnya Tagline Tuban Bumi Wali
Dua periode Bupati Fathul Huda memimpin Tuban, tagline Tuban Bumi Wali sudah melekat di telinga masyarakat Tuban. Pun untuk mempertegaskan, sudut-sudut jalan kota banyak terpampang neon sign yang bertuliskan: Tuban Bumi Wali Spirit of Harmony. Semua itu, seakan Bupati Fathul Huda ingin memberikan legasi bahwa Tuban itu religi. Terbukti dengan banyaknya makam wali.
Namun, sudah jamak kita tahu, bahwa inkonsisten setiap pemimpin adalah keniscayaan. Oleh karena itu, segalanya sangat mungkin berubah. Pun dengan tagline Tuban Bumi Wali, yang juga bagian dari perubahan tagline dari bupati sebelumnya.
Nah, kebetulan bupati sebelum Fathul Huda adalah Ibu dari Mas Lindra sendiri, Bu Haeny Relawati Rini Widyastuti. Mashok akal toh nek kemudian nanti tagline Tuban bakal berubah lagi. Heuheu...
Apalagi, juga tidak ada regulasi yang mengatur tagline Tuban Bumi Wali. Karenanya, sangat mudah untuk merubahnya. Tinggal gebres saja bisa langsung ganti tagline.
Sekali lagi, perubahan itu adalah keniscayaan. Mengutip filsuf Yunani, Heraclitos bahwa satu-satunya yang tidak berubah di dunia ini adalah perubahan itu sendiri. Mashok akal sekali ini. Saya tidak membayangkan, jika dunia ini tanpa perubahan, mungkin akan terasa sangat membosankan. Stagnan. Padahal sudah jelas, masa lalu adalah kenangan, dan masa depan adalah menuju pelaminan harapan.
Waduh… tinggal kenangan dong tagline Tuban Bumi Wali.
Kalimat Penutup Pidato Wallahul Muwaffiq…
Wallahul muwaffiq ila aqwamit-tharieq adalah kalimat penutup pidato yang sudah melekat pada Bupati Fathul Huda. Di manapun dan kapanpun kegiatannya, kalimat penutup Wallahul muwaffiq ila aqwamit-tharieq itu sudah melekat pada setiap sambutan bupati.
Nah, bagaimana dengan penutup pidato Mas Lindra nanti?
Penasaran toh. Makanya pantengin terus Wilwatekta.id. heuheu… (*)